Sabtu, 25 November 2017

STATISTK UJI



Nama : Debi Sumarlin
NIM: L2011171005      Mid semester : Statistik Terapan
No 1). Buatlah dekripsi statistik tentang salah satu variabel dalam tabel di atas.
Emisi CO2 ( TON CO2  Ha -1  th -1)
Descriptive Statistics: lidah buaya


 Variable      N  N*   Mean  SE Mean  StDev  Minimum     Q1  Median     Q3
 lidah buaya  30   0  51,70     2,75  15,06    25,00  41,25   51,00  58,25

 Variable     Maximum
 lidah buaya    86,00

Dari data diatas diperoleh data dari variabel lidah buaya dalam pemanfaatan lahan gambut untuk kepentingan pertanian dan aktivitas ekonomi lainya terhadap Emisi CO2
Dengan lidah buaya di peroleh data mean 51,70 standar deviasi 15,06 Q1( 41,25) Q3 (58,25) Selanjutnya di uji nomalitas tes emisi Emisi CO2  dengan lidah buaya. Di bawah lampiran hasil uji nomalitas menggunakan minitab 14.
Uji Normalitas
Langkah-langkah :
-          Hipotesis
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
-          Tingkat signifikansi
α = 0,05
-          Statistik Uji
p-value dapat diperoleh dengan aplikasi , caranya Stat à Basic Statistics à Normality Test à pada kotak Variable isikan kolom yang bersangkutanà klik OK.













Dari uji normalitas di atas diketahui bahwa nilai p value adalah 0,359
-          Daerah Kritik
H0 ditolak jika
p-value < 0,05
359    > 0,05
-          Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil hitungan statistik penguji p-value > 0,05, maka H0 tidak ditolak pada tingkat signifikansi 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Karena telah dibuktikan bahwa data berdistribusi normal.
Karena telah dibuktikan bahwa data berdistribusi normal, dan n < 30 , maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis Z. Uji Hipotesisnya
    H0 : μ ≥ 40 vs H1 : μ < 40


Nomor 2) Bila data emisi CO2 hutan gambut dalam literatur sebesar 40 ton CO2 ha-1 tahun-1, bagaimana dengan emisi CO2 hasil pengukuran dalam penelitian ini
Uji Hipotesis
Uji Z
Langkah-langkah :
-          Uji hipotesis
H0 : μ ≥ 40 vs H1 : μ < 40
H0 :  Pengukuran Emisi C02  dihutan sama dengan hasil literatur
H1 :   Pengukuran  Emisi C02  dihutan lebih rendah dari hasil literatur
α = 5% = 0,05
-          Statistik Uji
Berdasarkan data yang diketahui, diperoleh bahwa rata-rata =36,20 dan standar deviasi (s) = 9,54.





Z    =
          = - 2,18




One-Sample Z: hutan

Test of mu = 40 vs not = 40
The assumed standard deviation = 9,54


Variable   N     Mean   StDev  SE Mean        95% CI            Z      P
hutan     30  36,2000  9,5426   1,7418  (32,7862; 39,6138)  -2,18  0,029
Jadi, nilai Z = -2,18 dan p-value = 0,029
-          Daerah Kritik
H0 ditolak jika
0,05
p-value < 0,05
0,029
0,3085
   0,029  > 0,3085
-          Kesimpulan
hasil hitungan statistik penguji , 0,029 < 0,3085, maka Ho di tolak terima H1.Dari hasil di atas terdapat hasil bahwa pengukuran dalam penelitian ini lebih kecil dari literatur sebelumnya artinya Emisi CO2 dihutan rendah dari hasil literatur.

Nomor 3) Bagaimana korelasi antara suhu udara dan emisi CO2 dari lahan gambut? Apakah bisa difomulasikan dalam bentuk persamaan regresi.
Correlations: hutan; suhu hutan

Pearson correlation of hutan and suhu hutan = -0,312
P-Value = 0,094

Correlations: kelapa sawit; suhu kelapa sawit

Pearson correlation of kelapa sawit and suhu kelapa sawit = 0,105
P-Value = 0,581

Correlations: lidah buaya; suhu lidah buaya

Pearson correlation of lidah buaya and suhu lidah buaya = 0,406
P-Value = 0,026

Dari hasil correlation diatas terlihat jelas bahwa hasil perhitungan emisi CO2 hutan dan suhu udara  hutan diperoleh hasil p-value 0,094 arinya tidak memiliki corelasi nyata karena p-value lebih besar dari 0,05 lalu di uji lagi correlation emisi CO2 kelapa sawit dengan suhu udara kelapa sawit diperoleh hasil p-value 0,581 artinya tidak memiliki corelasi nyata karena p-value lebih besar dari 0,05 lalu di uji lagi correlation emisi CO2 lidah buaya dan suhu udara lidah buaya diperoleh hasil p-value 0,026 artinya memiliki corelasi nyata karena p-value lebih kecil dari 0,05. Maka dari hasil corelasi bisa dilanjutkan dengan persamaan regresi dengan mengambil variabel yang bercorelasi nyata yaitu  emisi CO2 dengan suhu udara lidah budaya.


Regression Analysis: lidah buaya versus suhu lidah buaya

The regression equation is
lidah buaya = - 65,0 + 3,86 suhu lidah buaya

Predictor           Coef  SE Coef      T      P
Constant          -64,96    49,62  -1,31  0,201
suhu lidah buaya   3,856    1,638   2,35  0,026

S = 14,0042   R-Sq = 16,5%   R-Sq(adj) = 13,5%

PRESS = 6334,63   R-Sq(pred) = 3,70%

Analysis of Variance

Source          DF      SS      MS     F      P
Regression       1  1087,0  1087,0  5,54  0,026
Residual Error  28  5491,3   196,1
Total           29  6578,3









Hasil output dari uji regresi ini akan didapat persamaan regresi yaitu Y= a+bX, dalam hal ini Y adalah peubah tak bebas, sedangkan X adalah peubah bebas, a adalah nilai konstanta, sedangkan b adalah koefisien regresi atau slope. Berdasarkan hasil olahan data pada Minitab 14 maupun Statistix , diketahui bahwa persamaan regresi Y = -65,0 + 3,86X, dimana Y adalah produksi dan X adalah lama. Dengan demikian setiap kenaikan 1 satuan X (lama) akan menurunkan  variable Y (produksi) sebesar 1,37. Angka ini didapat dari perhitungan: -65,0+3,86 (1)= -61,14.  -64,96 adalah konstanta sedangkan 3,85 adalah koefisien regresi. Informasi  lain yang didapat dari hasil olahan data uji regesi pada Minita 14. Dan nilai determinan atau R-Squared  yaitu sebesar 16,5%. Determinan adalah kebertepatan titik yang diamati dengan garis model. Dalam hali ini nilai determinan 16,5% mengandung arti bahwa proporsi keragaman antara variable suhu udara dan Emisi C0 2 dapat diterangkan secara linier sebesar 16,5.
Dilihat dari hasil analisis varian dari hasil didapat p=value sebesar 0,026 yang kurang dari 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa minimal ada satu variabel prediktor yang signifikan.


                                                                  

statistik uji

PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PETA KONSESI PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN SAWIT DAN PELANGGARAN YANG TERJADI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Kerusakan lingkungan, khususnya di Indonesia, telah terjadi pada berbagai tempat dan berb...